BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Analisis ekonomi mikro perilaku individual selalu dimulai dengan seberapa
besar kepuasan konsumen atas barang dan jasa. Yang dimaksud dengan “seberapa
besar kepuasan konsumen” adalah “utiliti”. Kata utiliti berarti kekuatan untuk mencapai kepuasan.
Utiliti adalah suatu properti yang umum untuk komoditi yang diinginkan.
Secara historis, teori nilai guna (utility)
merupakan teori yang terlebih dahulu dikembangkan untuk menerangkan tingkah
laku individu dalam memilih barang-barang yang akan dibeli dan dikonsumsinya.
Dapat dilihat bahwa analisis tersebut telah memberi gambaran yang cukup jelas
tentang prinsip-prinsip pemaksimuman kepuasan yang dilakukan oleh
orang-orangyang berfikir secara rasional dalam memilih berbagai barang
keperluannya.
Tetapi, sudah sejak lama orang melihat suatu kelemahan penting dari teori
tersebut, yaitu menyatakan kepuasan dalam angka-angka adalah kurang tepat
karena kepuasan adalah sesuatu yang tidak mudah diukur. Maka dikembangkan suatu
pendekatan baru untuk mewujudkan prinsip pemaksimuman kepuasan oleh seorang
konsumen yang memiliki pendapatan terbatas. Analisis ini dikenal sebagai
analisis kurva kepuasan sama, yang meliputi penggambaran dua macam kurva, yaitu
kurva kepuasan sama dan garis anggaran pengeluaran.
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan teori nilai guna?
1.2.2. Apa yang dimaksud dengan garis anggaran belanja?
1.2.3. Apakah yang dimaksud dengan keseimbangan konsumen?
1.3.Tujuan
1.3.1. Mengetahui pengertian nilai guna
1.3.2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan anggaran belanja
1.3.3. Mengetahui proses terjadinya keseimbangan konsumen
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Teori Nilai
Guna (Utility)
A. Nilai Guna (utility)
Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua
macam pendekatan yaitu:
1.
Pendekatan nilai
guna (utiliti) kardinal
Dalam pendekatan nilai guna kardinal dianggap manfaat
atau kenikmatan yang diperoleh seseorang konsumen dapat dinyatakan secara
kuantitatif. Berdasarkan pemisalan ini, dan dengan anggapan bahwa konsumen akan
memaksimumkan kepuasan yang dicapainya, diterangkan bagaimana seseorang akan
menentukan konsumsinya ke atas berbagi jenis barang yag terdapat di pasar.
2.
Pendekatan nilai
guna ordinal
Dalam pendekatan nilai guna ordinal, manfaat atau
kenikmatan yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak
dikuantifikasi. Tingkah laku seorang konsumen untuk memilih barang-barang yang
akan memaksimumkan kepuasannya ditunjukan dengan bantuan kurva kepuasan sama.
Nilai guna (utility)
adalah kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsi
sejumlah barang. Nilai guna (utility) terbagi
menjadi dua yaitu :
a.
Nilai Guna Total (total utility)
Nilai guna
total dapat diartikan sebagai jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari
mengkonsumsi sejumlah barang. Kurva nilai guna total bermula dri titik 0, yang
menunjukan tidak ada konsumsi barang A, selanjutnya akan naik seiring dengan
bertambahnya jumlah konsumsi, dan pada akhirnya akan turun apabila konsumsi
melebihi 8.
b.
Nilai Guna Marjinal
(marginal utility)
Nilai guna
marjinal berarti pertambahan (pengurangan) kepuasan sebagai akibat dari
pertambahan (atau pengurangan) penggunaan satu unit barang tertentu.
B.
Pemaksimuman Nilai Guna
Salah satu pemisalan penting dalam teori
ekonomi adalah setiap orang akan berusaha untuk memaksimumkan kepuasan yang
dapat dinikmatinya. Dengan perkataan lain setiap orang akan berusaha untuk
memaksimumkan nilai guna dari barang-barang yang dikonsumsikannya. Apabila yang
dikonsumsinya hanya satu barang saja, tidak sukar untuk menentukan pada tingkat
mana nilai guna dari memperoleh adan menikmati barang itu akan mencapai tingkat
yang maksimum. Tingkat itu dicapai pada waktu nilai guna total mencapi tingkat
maksimum. Tetapi jika barang yang digunakan adalah berbagai jenisnya, cara
untuk menentukan corak konsumsi barang-barang yang akan menciptakan nilai guna
yang akan maksimum menjadi lebih rumit.
Cara Memaksimumkan Nilai Guna
Kerumitan
yang ditimbulkan untuk menentukan susunan atau komposisi dan jumlahh barang
yang akan mewujudkan nilai guna yang maksimum bersumber dari perbedaan
harga-harga berbagai barang. Kalau harga barang adalah bersamaan, nilai guna
akan mencapai tingkat yang maksimum apabila nilai guna marjinal dari setiap
barang adalah sama.
Syarat memaksimuman nilai guna
Dalam
keadaan dimana harga-harga berbagai macam barang adalah berbeda. Syarat yang
harus dipenuhi agar barang-barang yang dikonsumsikan akan memberikan nilai guna
yang maksimum adalah setiap rupiah yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan
berbagi jenis barang akan memberikan nilai guna marjinal yang sama besarnya.
C. Teori Nilai Guna dan Teori
Permintaan
Dengan
menggunakan teori nilai guna dapat diterangkan sebabnya kurva permintaan
bersifat menurun dari kiri atas ke kanan bawah yang menggambarkan bahwa semakin
rendah harga sutu barang, semakin banyak permintaan ke atasnya. Ada dua faktor
yang menyebabkan permintaan ke atas suatu barang berubah apabila harga barang itu mengalami
perubahan, yaitu :
1.
Efek Penggantian
Perubahan suatu barang mengubah nilai guna marjinal per
rupiah dari barang yang mengalami perubahan harga tersebut. Kalau harga
mengalami kenaikan, nilai guna marjinal per rupiah yang diwujudkan oleh barang
tersebut menjadi semakin rendah.
Penurunan harga menyebabkan permintaan ke atas barang
yang mengalami penurunan harga itu akan menjadi bertambah banyak. Penurunan
harga menyebabkan barang itu mewujudkan nilai guna marjinal per rupiah yang
lebih tinggi daripada nilai guna marjinal per rupiah dari barang-barang lainnya
yang tak berubah harganya. Maka, karena membeli barang tersebut akan
memaksimumkan nilai guna, permintaan ke atas barang tersebut menjadi bertambah
banyak apabila harganya bertambah rendah.
2. Efek Pendapatan
Jika
pendapatan tidak mengalami perubahan maka kenaikan harga menyebabkan pendapatan
riil menjadi semakin sedikit. Dengan perkataan lain, kemampuan pendapatan yang
diterima untuk membeli barang-barang menjadi bertambah kecil dari sebelumnya.
Maka kenaikan harga menyebabkan konsumen mengurangi jumlah berbagai barang yang
dibelinya, termasuk barang yang mengalami kenaikan harga dan sebaliknya. Akibat
dari perubahan harga kepada pendapatan ini, yang disebut efek pendapatan.
D. Surplus Konsumen
Teori nilai guna dapat pula
menerangkan tentang wujudnya kelebihan kepuasan yang dinikmati oleh para
konsumen. Kelebihan kepuasan ini, dalam analisis ekonomi, dikenal sebagai
surplus konsumen. Surplus konsumen pada hakikatnya berarti perbedaan diantara
kepuasan yang diperoleh seseorang didalam mengkonsumsikan sejumlah barang
dengan pembayaran yang harus dibuat untuk memperoleh barang tersebut. Kepuasan
yang diperoleh selalu lebih besar daripada pembayaran yang dibuat.
2.2. Garis
Anggaran Belanja
A. Kurva Kepuasan Sama (Indefference)
Kurva indefferent merupakan kurva yang menunjukkan kombinasi konsumsi dua macam barang dari seorang konsumen yang memberikan tingkat kepuasan yang sama.
Karakter kurva kepuasan sama:
1) Cembung terhadap titik original (convex to origin)
2) Bergerak dari kiri atas ke kanan bawah (downward sloping)
3) Tidak saling berpotongan
4) Semakin tinggi kurva kepuasan sama, tingkat kepuasannya semakin besar
5) Daerah yang relevan untuk berkonsumsi adalah yang berkecondongan negatif
A. Kurva Kepuasan Sama (Indefference)
Kurva indefferent merupakan kurva yang menunjukkan kombinasi konsumsi dua macam barang dari seorang konsumen yang memberikan tingkat kepuasan yang sama.
Karakter kurva kepuasan sama:
1) Cembung terhadap titik original (convex to origin)
2) Bergerak dari kiri atas ke kanan bawah (downward sloping)
3) Tidak saling berpotongan
4) Semakin tinggi kurva kepuasan sama, tingkat kepuasannya semakin besar
5) Daerah yang relevan untuk berkonsumsi adalah yang berkecondongan negatif
B. Kombinasi Barang yang Mewujudkan Kepuasan Sama
Untuk
menggambarkan kurva kepuasan sama perlu dimisalkan bahwa seseorang konsumen
hanya akan membeli dan mengkonsumsi dua macam barang saja. Misalnya makanan dan
pakaian. Pemisalan- pemisalan lain adalah cita rasa masyarakat tidak berubah
dan konsumen bebas untuk menentukan kombinasi barang makanan dan pakaian yang
diinginkannya.
Dalam tabel dibawah ditunjukkan enam
gabungan makanan dan pakaian yang akan memberikan kepuasan sama besarnya kepada
seorang konsumen. Gabungan manapun akan memberikan kepuasan yang sama, oleh
karena itu maka dikatakanlah konsumen bersikap ”indifference”- yaitu
bersikap acuh tak acuh dalam membuat pilihan tersebut.
Berdasarkan
pada gabungan- gabungan A,B,C,D,E,dan F dibuat titik- titik yang menggambarkan
gabungan- gabungan tersebut. Apabila titik- titik A, B, C, D, E, dan F
dihubungkan akan diperoleh kurva
kepuasan sama. Dengan demikian kurva kepuasan sama dapat didefiniskan
sebagai suatu kurva yang
menggambarkan gabungan
barang-barang yang akan
memberikan kepuasan yang sama besarnya.
Gambar Kurva Kepuasan Sama
C. Tingkat
Penggantian Marginal
Tingkat Penggantian
Marginal yaitu penggantian yang menggambarkan besarnya pengorbanan ke atas
konsumsi sesuatu barang (makanan) untuk menaikkan konsumsi satu barang lainnya
(pakaian) dan pada waktu yang sama tetap
mempertahankan tingkat kepuasaan yang diperolehnya.
Tingkat penggantian marginal yang
semakin bertambah kecil ini disebabkan oleh faktor berikut:
1. Pada waktu konsumen mempunyai suatu
barang Y yang relatif banyak jumlahnya dan barang X yang lebih sedikit
jumlahnya, diperlukan pengurangan konsumsi yang besar ke atas barang Y untuk
memperoleh satu tambahan barang X; akan tetapi
2. Semakin banyak barang X yang akan
diperoleh, semakin sedikit pengurangan konsumsi barang Y yang harus dilakukan
untuk memperoleh satu barang X.
Akibat dari tingkat penggantian marginal
yang semakin kecil tersebut maka kurva kepuasan sama semakin lama semakin
kurang kecondongannya atau bentuk kurva kepuasaan sama adalah cekung ke titik
0.
Peta Kurva Kepuasan Sama
Dari gambar diatas dibuat sekumpulan kurva kepuasan
sama dari seorang konsumen yang menkonsumsi makanan dan pakaian. Kurva U2
menggambarkan makanan dan pakaian yang terdapat dalam table 8.1.
Gambar Peta Kurva Kepuasan Sama
D. Kurva Anggaran Pengeluaran
Kurva
kepuasan sama menggambarkan keinginan konsumen untuk memperoleh barang- barang
dan kepuasan yang akan dinikmatinya dari mengkonsumsi barang tersebut. Di dalam
kenyataannya, konsumen tidak dapat memperoleh semua barang yang diinginkannya,
sebab ia dibatasi dengan pendapatan yang
dapat dibelanjakan. Dengan demikian permasalahan yang dihadapi konsumen adalah:
“Bagaimanakah ia harus membelanjakan pendapatan yang ada padanya sehingga
pengeluaran tersebut menciptakan kepuasan yang paling maksimum kepadanya?”. Analisis
yang dibuat perlu pula menggambarkan garis
anggaran pengeluaran yang menunjukkan berbagai gabungan
barang-barang yang dapat dibeli oleh sejumlah pendapatan tertentu.
BABB
BABBB
2.3. Keseimbangan Konsumen
A. Kondisi Keseimbangan
Kondisi keseimbangan adalah kondisi
dimana konsumen telah mengalokasikan seluruh pendapatannya untuk konsumsi. Uang
yang ada (jumlahnya tertentu) dipakai untuk mencapai tingkat kepuasan tertinggi
(maksimalisasi kegunaaan), atau tingkat kepuasan tertentu dapat dicapai dengan
anggaran paling minim (minimalisasi biaya). Secara grafis kondisi keseimbangan
tercapai pada saat kurva garis anggaran (manggambarkan tingkat kemampuan)
bersinggungan dengan kurva indiferensi (menggambarkan tingkat kepuasan).
Kurva indiferen menunjukan
selera konsumen. Sesuai dengan kaidah semakin banyak semakin disukai, maka
seseorang konsumen akan berusaha untuk mencapai kurva indiferen yang tinggi,
karena hal ini akan memberikan kombinasi produk yang paling banyak. Akan tetapi
terdapat satu hal yang membatasi seseorang konsumen hanya dapat mencapai kurva
indiferen tertentu yaitu garis anggaran. Dengan anggaran tertentu yang
dimiliki, konsumen akan berusaha mencapai kurva indiferen yang paling tinggi. Gambar
4.7, menunjukkan proses tersebut.
Titik P, Q dan R semuanya
menghabiskan seluruh anggaran yang dimiliki konsumen karena semua terletak pada
garis anggaran. Manakah di antara tiga kombinasi ini yang memberikan kepuasan
tertinggi bagi konsumen? Kombinasi Q memberikan kepuasan yang lebih tinggi bagi
konsumen dibandingkan kombinasi P karena terletak pada kurva indiferen yang
lebih tinggi. Kombinasi Q dapat dijangkau oleh konsumen karena masih berada
pada garis anggaran.
Dengan demikian jika konsumen
memilih kombinasi P daripada Q, maka konsumen itu bertindak lebih tidak efesien,
karena dengan anggaran yang sama, kombinasi Q memberikan kepuasan yang lebih
tinggi.
Gambar
4.10. menunjukkan hubungan antara produk T dan U yang saling bersubtitusi.
Keseimbangan berubah dari titik P ke titik Q. Jumlah konsumsi produk T
meningkat, tetapi jumlah konsumsi U menurun. Sedangkan jika hubungan antara
produk T dan U berkomplemen ditunjukkan oleh gambar 4.9. Keseimbangan konsumen
berubah dari titik P ke titik Q. Jumlah konsumsi produk T dan produk U, keduanya
bertambah.
B. Perubahan Keseimbangan
1) Perubahan Harga dan Perilaku Konsumen
Jika harga produk
berubah, maka garis anggaran konsumen akan berubah sehingga akhirnya
keseimbangan konsumen juga akan berubah. Gambar 4.8 memperlihatkan hal ini.
Dimisalkan harga T menurun dari PTI menjadi PT2 maka garis anggaran berputar
keluar. Pilihan tersedia bagi konsumen semakin banyak, sehingga konsumen juga
memperoleh kepuasan yang lebih tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh titik Q yang
terletak pada kurva indiferen yang lebih tinggi.
2) Perubahan Pendapatan dan Perilaku Konsumen
Pada tingkat bawah,
kebutuhan makan dan rumah adalah dua hal yang paling dasar dan penting.
a.Jika terjadi penurunan pendapatan, permintaan rumah akan meningkat dari
R, menjadi R2. Konsumsi akan makan yang mungkin adalah antara daerah U-V. Dimisalkan
di titik W. Jadi konsumsi makan akan menurun. Maka makan haruslah produk normal
(Gambar 4.12).
b.Jika makan adalah produk normal, maka ketika terjadi penurunan pendapatan,
permintaan untuk makan akan turun. Keseimbangan konsumsi mula-mula adalah di
titik T dengan konsumsi makan sebesar M. 'Keseimbangan konsumen setelah penurunan
pendapatan haruslah terletak antara U-V. Dalam hal ini terdapat dua kemungkinan.
Jika Keseimbangan berada di titik W, berarti rumah adalah produk normal. Tetapi
jika keseimbangan konsumen berada di titik X, maka rumah adalah produk inferior
(Gambar 4.13).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pendekatan kedua untuk
menerangkan tingkah laku konsumen dalam mengkonsumsikan barang dinamakan
analisis kurva kepuasan sama. Dalam analisis digunakan dua jenis kurva, yaitu
kurva kepuasan sama dan garis anggaran belanja. Dengan menggunakan kedua kurva
ini akan ditunjukkan bahwa konsumen akan mencapai kepuasan yang maksimum
apabila garis anggaran pengeluaran disinggung oleh kurva kepuasan sama yang
paling tinggi.
Kurva kepuasan sama
menggambarkan kombinasi dua barang yang memberikan suatu tingkat kepuasan tertentu.
Sedangkan garis anggaran belanja menggambarkan kombinasi dua barang yang dapat
dibeli oleh sejumlah uang tertentu.
3.2. Saran
Melalui makalah ini diharapkan
pembaca dapat lebih mengerti mengenai
keseimbangan konsumen dan faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya
suatu keseimbangan konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Sukirno
Sadono, 2013. Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi ke-3. Jakarta:PT RajaGrafindo
Persada
http://elearning.upnjatim.ac.id/courses/EKONOMIMANAJERIAL/document/Ekonomi_Manajerial_(.pdf)/BAB_4.pdf?cidReq=EKONOMIMANAJERIAL
0 komentar:
Posting Komentar